• For The Very First Time, I Write Again!

    Life is a never ending drama!
    Dalam setiap akhir perjalanan akan selalu ada awal dari perjalanan baru. Mosan kata orang Jawa bidup itu hanya mampir ngombe. Tapi dalam prosesnya buanyak banget yang harus dijalani. Banyak? Mungkin karena kita hanya sebuah titik kecil di dunia. Sehingga merasa yang sebentar itu ajah ribet, banyak drama.

    Seperti pagi ini. Sebentuk obrolan santai dengan driver ojol yang ga biasa. Hari ini saya dijemput oleh driver perempuan. Biasanya sih, akunnya saja yang bernama perempuan. Alibinya pake akun adhek, gantian narik biar ga capek, macem-macem lah. Ehh pas di titik jemput, beneran cewek drivernya :-D.

    Haduh, ini safety riding ga ya?? Ah skip negative thinking. Dan kami pun memulai perjalanan dengan sapaan renyah dari si embak. Sayapun jadi terpanggil untuk memulai obrolan di atas roda dua. Basa basi yang ternyata berlanjut kepada pembicaran tentang DRAMA.

    Di Malang, saya ga terlalu sering menemukan driver ojol perempuan. Namun menurut si embak, di grup driver ada sekitar 200 an orang. Wow, banyak juga ya! Emansipasi banget. Masih menurut si embak, pagi hari adalah waktu paling banyak driver perempuan mengais rejeki. Karena tidak jarang di siang hari mereka mencari rejeki di tempat lain. Oh my.......pejuang masa kini. Jadi bertanya-tanya, kok sampe ngojol ya si embak? Suaminya kemana? Duh duh skip...kebiasaan kepo ini.

    Hampir separuh perjalanan, pas di lampu merah, saya iseng saja memuji gaya berkendara si embak. Gesit cuy, dan si embak tertawa. Saya baru saja kok mbak bisa naik motor. Duenk! Ngojol baru 6 bulan semenjak cerai. Deg! langsung membisu aku. Sambil memantrai dalam hati, jangan kepo jangan kepo. Eh si embak melanjutkan obrolan. Saya setelah cerai ga langsung kerja di jalan. Jadi IRT dulu baru belajar naik motor sama teman. Sambil nyari SIM baru ikut ojol. Oh ya ya, sahutku.

    Anak-anak sudah besar mbak? Iseng saya bertanya. Yang besar sudah SMA, yg kedua SMP, bungsunya SD. Ini tadi habis nganter sekolah terus narik mbak, lanjutnya. Suami saya kecantol orang kaya. Dibelikan RU*H itu loh mbak terus meninggalkan saya. Sambil menangis dalam hati kusimak cerita si embak. Saya menikah sudah 21 tahun, tidak boleh kerja, pakai lipstik saja dilarang. Tidak tau mana-mana. Eh akhirnya seperti ini.

    Ya tidak apa mbak lebih baik seperti ini, hiburku. Dungu banget ya pilihan kalimatku. Semoga si embak ga tersinggung. 

    Yah ini musibah yang membawa pelajaran mbak. Kalau tidak terjadi saya tidak bisa seperti ini. Lanjutnya.
    Ya daripada membebani embak di hari tua, laki-laki seperti itu mbak. Tambahku. Kalau anak-anak ikut mbak, rejekinya juga ikut mbak. Halah metuwek, mulai ini. Saya nanti jam 1 siang pulang. terus jam 5 setelah anak-anak di rumah semua saya berangkat lagi balik jam 22.30. Biar tutup poin mbak. Kalau enggak seperti itu saya rugi bensin nanti. Lanjutnya dengan bersemangat. Saya paling senang sabtu minggu rame jadi cepat tutup poin. Tambahnya sambil kuamini.

    Yaa Rahmaan yaa Rahiim lindungilah si embak. Berkahilah pekerjaannya, limpahkan rejekiMu kepadanya.
    Terimakasih ya mbak. Terimakasih yang sedalam-dalamnya tidak hanya karena telah mengantarkan saya ke tempat kerja pagi ini. Tapi juga atas sharing yang membuka lebar pemikiran saya. Menyentuh kalbu saya. Membantu saya bercermin lebih jelas lagi mengenai diri dan hidup.

    Yes, life is a never ending drama. Namun kita bisa menentukan untuk mengakhiri tiap episode nya menjadi happy ending atau sebaliknya. Apapun yang terjadi di tengah episode, kadang pahit seperti cerita pagi ini, kita bisa memilih untuk menambah gula biar tetap menjadi manis ke depannya. Itulah yang dilakukan kartini ojol ini. Keep smile, keep fight!

0 pemerhati: