• Being a woman

    Menjadi wanita itu rumit. Dulu when i was a girl, 'cuek itu gue'. Termasuk urusan tamu tiap bulan. Selama datangnya rutin meski enggak selalu sama tanggalnya, i thought that i was fine! Ga ada tuh keperluan ngitung-ngitung siklus lah, ga worry akan apa-apa karena ga akan hamil juga wong belum ada suaminya ^_^
    Dan....ups kebiasaan itu terbawa sampai saya menikah. Pembelaan saya, semua itu indah pada waktunya. Rejeki enggak akan kemana. Hihi. Di awal pernikahan memang tidak ada keinginan besar untuk segera memiliki anak. Istilahnya kalau ada alhamdulillah, kalau bisa sih jangan dulu. Ketidakinginan paling kuat sih dari pasangan. Wanna enjoy 2 katanya. Dan memang i really enjoy it, dengan segala sukanya, sedihnya, bertengkarnya, cerianya. Membangun rumah dan memiliki tetangga sendiri, mengaturnya ala kami. Hm...kalau mengingat-ingat momen itu, jadi ngerasa nyesel. Karena...we missed something. Anak, semua ini ga lengkap tanpa dia. Kenapa dulu pernah tidak menginginkannya? Itu!
    Begitulah, saat ini dari lubuk hati saya, terasa mupeng banget akan datangnya si junior. Begitu juga suami, sejak pernikahan tahun ke dua udah terlihat gelagatnya ingin sekali punya momongan. He is kids favourite actually! Dan itu salah satu kelebihan dia yang membuat saya jatuh hati berkali-kali. Jadi semakin besar gereget saya, tahun demi tahun, ternyata tidak mudah memiliki anak. Dan sepenuh hati kusadari, makhluk kecil itu....titipan.
    Campur aduk rasanya ketika kita menginginkan sesuatu, tapi terasa sulit diraih. Dan di depan mata kita melihat orang lain begitu mudah mendapatkannya. Ada rasa iri, sedih, menghibur diri, saling menghibur. Karena kadang, dari diri sendiri muncul perasaan useless, minder. Kok bisa sih? Ditambah lagi pertanyaan keluarga dan teman. I am sure kalian bertanya karena perhatian kalian pada kami. Tapi kadang terasa mengiris juga di hati.
    Namun semakin berjalannya tahun, semua rasa itu bermetamorfosa. Menjadi kepasrahan, kebahagiaan bagi siapapun yang berhasil mendapatkan anugerah itu. Kebahagiaan itu setulusnya memancar sendiri dari dalam diri. Not artificially, demi simpati, no not at all. I am truly happy for you guys! Dalam kebahagiaan itu terselip harapan semoga segera menular ya :-) Sesederhana itu menyikapinya. Sambil mengusahakan secara medis dan alternatif tentunya. Menurut medis, dengan usia pernikahan yang bertahun-tahun dan belum dikaruniai anak juga, kami tergolong infertil. Di USG sih ga ada kelainan pada rahim saya, jadilah kami diberi vitamin untuk meningkatkan kesuburan. Hasilnya, kami berdua GEMUKAN dan si kecil belum hadir juga. Haha! Okelah kalau begitu, tapi ada yang ga beres neh dengan siklus bulanan, kembali ke dokter dan dikurangilah dosis vitamin karena secara hormonal terganggu akibat overdose sepertinya, kata dokter. Okelah dijalani saja ya.
    Ga terasa udah lewat setahun, hey kok ga ada perkembangan ya? Jatuhlah pilihan pada alternatif way. Dikenalkan oleh teman ke tukang pijat urat. Kebetulan pas badan lagi pegal linu tingkat dewa. So, berangkat! Pertama sih yang kurasain semriwing di pinggang. Pas pertama kali datang sih bilang cuma mau pijat biasa. Karena langsung kerasa ada perubahan jadi deh aku bilang kalau aku belum punya anak padahal udah bertahun menikah. Akhirnya di sesi akhir pijat si emak meriksa 'part itu'. Dia bilang kalo saluranku ada belokannya? Dan kantung telurnya tinggi sekali dibanding salurannya? Bagaimana bisa membuahi kalau begini? Dan lantas aku cerita kalau memang dulu sebelum nikah sering jatuh. Kecelakaan motor bahkan seminggu sebelum nikah juga terjadi. Dan si emak tersenyum, mungkin karena itu. Dimulailah beberapa kali sesi terapi untuk 'ngebenerin tubuh'. Sambil mulai rajin mantengin kalender untuk tahu sebenere siklus bulananku tuh berapa hari. OMG, ternyata itung punya itung between 37-40 days! Wow panjang banget. Every woman is unique, surely! Cuma yang panjang begini bikin H2C banget.
    Seperti bulan ini, tepat hari ini, udah 15-18 hari tamunya belum datang. In every week aku TP untuk tahu lebih dini kalau ada kabar baik. Dan udah 2x TP ini masih negatif juga. Sabar, itu saran suami saya. Jelaslah saya kepikiran, dasare pemikir saya ini. Hiks. Masih dengan perasaan dan pikiran cemas, kucoba untuk melapangkan hati dan pemikiran. Apapun bisa terjadi kalau DIA berkehendak. Berdasar share sana sini tentang kondisi yang sama sepertiku, kuputuskan akan terus optimis. Selama aku sehat walafiat, ga perlu worry atas apapun. Kuyakini akan datang waktu yang tepat untukku. Untuk kami. Semangat!

2 pemerhati:

  1. Nonasunda mengatakan...

    im sooo sorry to hear ternyata rahimnya ada belokan and gegara kecelakaan.. its bit lil.. scary but im sure mba pasti bisa ngelewatin ini. Udah berapa lama nikahnya mba? aku newlywed juga cuman skg emg lagi gapengen ada anak dulu setahunan lah :(

  2. Mrs. Wijaya mengatakan...

    Hai, thank you udah mampir kesini. Tahun ini masuk 5 tahun perkawinan kami. And we enjoy it so much! Apapun yang terjadi tidak lupa bahagia dan bersyukur. Apapun kata orang yang positif didengar yang bikin GeRrrR ya skip aja lah ^_^. Hmmm...menunda ya, saya dulu juga begitu. Tapi sepertinya, i dont recommend it for you. Buah hati itu rejeki yang masuk prerogatif-NYA. All the best for you deh yang pasangan baru :-) semoga samara.