• Masihkah kau ingat bagaimana rasanya jatuh cinta?

    Perasaan yang meluap-luap, bahagia yang membuncah, hingga sedetikpun tak bisa kau sembunyikan disini ada rasa. Begitu terpancar pada binar mata dan senyum ria. Pada percepatan langkahmu menuju dia. Itulah saat kau jatuh cinta.

    Desir lembut berubah menjadi degub tak teratur sesaat ketika bersitatap. Wajahmu pun bersemu merah. Keinginan untuk selalu bersama, dekat dengannya dalam diam, dalam riuh, pada canda, pada tetes airmata. Ya, itulah saat kau jatuh cinta.


    Tidak ada yang namanya salah, nasehat-nasehat pun berlalu sahaja. Tembok tinggi, jurang dalam, karang terjal bukan halangan. Cinta itu luar biasa membakar. Penakut disulap menjadi pemberani. Pelaut berubah menjadi pendaki. Apapun bisa jadi bila cinta bersemi-semi.

    Mimpi-mimpi tak lagi menarik. Karena bagi pecinta, mimpi itu lebih indah pada nyatanya. Melahirkan pejuang-pejuang cinta yang rela patah hati bahkan sampai berani mati. Cinta memang perlebihan.

    Demi masa, pejuang cinta membuktikan cinta itu perlu diabadikan. Pada kebersamaan, yang tiap helaan, senyuman, kelembutan di dalamnya dicitakan nilai keberkahan. Pada kebersamaan dalam pelarian panjang yang melelahkan. Tak sedikit juga pada perkisahan ala romeo juliet yang memilih untuk mengakhiri hidup daripada tak bisa bersatu.

    Sungguh, dalam perjalanannya, cinta memang selalu diuji. Akan rupa karena cinta datang dari mata. Akan kedudukan karena cinta datang dari keberinginan. Akan curah perhatian karena cinta datang dari sudut hati yang sepi. Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau bukan? Namun cinta dalam kesejatiannya, mengajarkan keberterimaan, kesyukuran. Bahwasanya aku dan kamu menjadi kita karena kebersesuaian. Ada yang klik sejak awal jumpa, ada yg sreg dalam prosesnya, ada yang jatuh bangun dalam komitmennya. Dan ada pula yang begitu sempurna sebagai titah Tuhan, cinta pada pertalian ibu dan anak?

    Seakan tidak pernah habis memang membahas ihwal cinta. Namun kupilih untuk kujedai saat ini. Mencukupkan sebuah tulisan biasa semoga tidak menjadi kabar basi sebagai refleksi isi hati.

0 pemerhati: