• Hati yang tepat

    Sesenggukan memeluk lutut, hendak merebah kurasakan perihnya akan lebih menghujamku. Dengan begini, setidaknya kumelindungi relungku dari tajamnya rasa ini, yang begitu menusukku. Percobaan bunuh diri, yang kesekian kali. Hey, ada apa denganku? Keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama, betapa dungunya, aku...
    Biar, airmata inilah yang aku punya. Bersamaan dengan terbangunnya nurani, jiwaku pun menobat diri. Benarkah? Dan lalu aku tersungkur, dengan jejak airmata meleleh di pipi.
    Kenapa saat ini? Ketika sudah kuteguhi sebuah hati? Ujiankah? Atau karmakah?
    Betapa sakitnya, apa ini yang mereka rasakan? Yang jemarinya kugenggam erat, yang kurangkul pundaknya, yang padanya kusampaikan sepenuh hati,  move on kawan!
    Apakah ini yang mereka rasakan? Yang kubersamai dalam perjalanan, lalu kutinggalkan karena alasan tidak sesuai dengan kriteria idaman?
    Apakah ini yang mereka rasakan? Yang kucibir karena menangisi kekasih yang tak pantas tuk dipertahankan? Yang kupandang begitu lemah karena mengiba cinta?

    Entah, bayangan-bayangan itu berdatangan menghantuiku. Semakin menekukku kedalam gelap, matahariku, dimana kamu? Runtuhkah langit tempat bergantungmu?
    Sampai pada titik hanya sesak tersisa di tubuhku, telah kering airmataku, lalu kubuka mata. Bercerminlah sayang, sesuatu dalam diri membisikiku. Cermin tidak berbohong, tapi,  jangan buruk cermin dibelah... Lihatlah dirimu, baikkah seperti sosok di cermin itu? Aku berkaca, menekuri diriku yang tampak seperti tua renta menunggu maut. Seperti bunga layu yang kering kekurangan air. Maafkan aku...

    Saya terima nikahnya, Ellisa binti Ramdhani,...... sah!

    Dan aku menangis lagi, kali ini karena bahagia menghias hati. Telah kupilih sebuah hati sebagai perlabuhan. Hati yang tepat, semoga!

0 pemerhati: