• Senja

    Perjalanan senja ini ramai sekali. Aku yang terbiasa melaju cepat jadi merasa terhambat. Sempat terfikir berputar arah, tapi...ah enggak gue banget, tujuanku sudah dekat di depan sana, masa iya sih harus memperpanjang jarak demi menghindari keramaian? Lagian, ada apa sih? Tersebab males dan udah terlanjur pilih rute ini, kulanjutkan saja perjalanan. Sambil toleh kanan kiri kuperlambat laju, memperjelas pandangan, lalu lalang orang, alur yang berantakan.

    Eh! tepat di depan,  berlawanan arah denganku, ada seseorang yang kukenal, dia menyapa sambil tersenyum. Mbak, yang sabar ya, ada pohon tumbang di depan, jadi lewatnya bergantian, ujarnya. Okelah kalau begitu, makasih ya, peyan hati-hati, jawabku. Lalu kuteruskan perjalananku. Mayoritas orang yang melewati jalan ini memang memilih bersabar dengan keadaan. Meski ada beberapa yang main sikat ajah, terobos jalur pokok bisa lewat. Dan itu menambah ruwet suasana. Mulai ada yang mengumpat, ada yang memilih berbalik arah, ada yang berhenti di tepian memarkir diri. Habis-habisin BBM saja mengantri seperti ini,  sungutnya. Hihi, aku memilih melaju sambil cengar cengir melihat kelakuan para pengguna jalan ini. Toh sebenarnya aku tidak sedang ditunggu sesiapa, jadi tidak masalah agak lama di jalan. Sampailah aku di lokasi pohon tumbang, memang sudah tua, selayaknya segera dipotong sebelumnya sehingga tidak terjadi seperti ini. Tapi ya apa daya, itu jadi wewenang pihak lain. Aku dan para pengendara ini hanya bisa memaklumi. Setidaknya masih diurusi "evakuasi"nya. Semoga ini jadi pelajaran bagi semua pihak yang terkait.

    Setelah lolos dari TKP, terasa lega sekali karena kuyakini tujuanku kian dekat. Dan akupun berandai, misal aku tadi berputar arah, bisa jadi aku sudah sampai di tujuan saat ini. Tapi, aku jadi tidak melihat senyum sahabat dan nasehatnya untuk bersabar. Aku, jadi tidak belajar untuk lebih melek keadaan, memilah mana yang lebih baik, mengantri untuk menghargai hak orang lain atau menerobos saja untuk menuntut hakku. Aku, jadi tidak mengerti bahwa dalam hidup, seringkali kita mendengar omongan yang ga enak, yang mengusik, entah omongan itu ditujukan kepada kita atau bukan. Tapi suara-suara seperti itu cenderung memprovokasi. Membuat kita panas telinga dan hati. Ya, perjalanan senja ini. Momen ketika aku terdiam mengintrospeksi diri.


0 pemerhati: